Berita

Berita Lainya

news
Revitalisasi Kegiatan Anual, HMP IAT STAISPA Selenggarakan Seminar Nasional dalam Rangka Opening Gebyar Tafsir II

30 Mar 2023 Admin

Yogyakarta – Dua hari sebelum memasuki bulan Ramadan –tepatnya hari Selasa (21/03/2023)– HMP IAT STAISPA periode 2022/2023 telah berhasil merealisasikan opening kegiatan anual Gebyar Tafsir yang kedua bertajuk “Mengelaborasi Khazanah Tafsir Nusantara”. Kegiatan opening ini dikemas dalam acara seminar nasional yang diselenggarakan secara luring di ruang multipurpose kampus STAI Sunan Pandanaran dan juga secara daring melalui media zoom meeting (baca: blended).

Seminar nasional ini mengangkat tema “Mengelaborasi Epistemologi Tafsir Nusantara: Menemukan Makna Al-Qur’an dalam Konteks Nusantara dan Klasifikasi serta Karakteristiknya” yang dimoderatori oleh Bapak Hanif Mudhofar, M.Hum., selaku salah satu dosen IAT STAI Sunan Pandanaran dengan menghadirkan dua narasumber, yakni Dr. Islah Gusmian, M.Ag. (Pakar Tafsir Nusantara dan Dekan Fakultas Ushuludin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta) dan Prof. Dr. K.H. Abdul Mustaqim, M.Ag. (Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dan Pengasuh Ponpes LSQ Ar-Rohmah Bantul).

Opening Gebyar Tafsir II dalam bingkai seminar nasional ini dihadiri oleh Dr. K.H. Imadudin Sukamta, M.A. (Ketua STAI Sunan Pandanaran), Dr. Rima Ronika, M.Si. (Wakil Ketua Bidang Akademik dan Penelitian), Bapak Ahmad Nur Kholis, M.Ag. (Kaprodi IAT STAISPA), Ibu Fatikhatul Faizah, M.Ag. (Sekprodi IAT STAISPA), jajaran dosen Prodi IAT STAISPA, para mahasiswa IAT STAISPA lintas angkatan dan juga tamu undangan ORMAWA STAISPA serta tamu undangan FKMTHI wilayah DIY-Jateng delegasi dari kampus UIN Walisongo Semarang dan STAI Syubbanun Wathon Magelang.

Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an yang dilantunkan oleh saudara Muhammad Zaky Ulinnuha (mahasiswa Prodi IAT STAISPA semester VI), dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan himne STAISPA yang dipandu oleh saudari Sheny Shafira Azzahra (mahasiswi Prodi IAT STAISPA semester IV), dan kemudian sambutan-sambutan yang disampaikan oleh saudara Maulana Amr Hakam (Ketua Panitia), saudara Muhammad Fatahillah (Ketua HMP IAT STAISPA Periode 2022/2023), Bapak Ahmad Nur Kholis (Kaprodi IAT STAISPA) dan Dr. K.H. Imadudin Sukamta, M.A. (Ketua STAI Sunan Pandanaran).

Tafsir Al-Qur’an (di) Nusantara

Dalam penyampaian materi yang dilakukan secara daring melalui zoom meeting, Dr. Islah Gusmian, M.Ag., sebagai narasumber pertama membahas mengenai bentuk tafsir al-Qur’an di Nusantara. Pertama, sebagai penunjang pembelajaran. Sejak abad ke-17., Tafsir Jalalain dan Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karya al-Baidawi sudah dijadikan 2 rujukan primer dalam konsep pembelajaran tafsir ala pesantren di Nusantara. Kedua, sebagai pelopor. Pada abad ke-17 M., Syaikh Abd al-Rauf al-Sinkili merupakan mufasir perdana di Nusantara yang berhasil menulis tafsir al-Qur’an lengkap 30 juz –ditulis pada era Sultanah Safiyat al-Din– dengan dilengkapi penjelasan mengenai ilmu qiraat. Ketiga, tafsir dalam kitab non-tafsir. Memasuki abad ke-18 M., para ulama pesantren di Nusantara sudah tidak begitu banyak yang produktif dalam menulis kitab tafsir, melainkan melakukan penerapan (tathbīq) tafsir dalam kitab non-tafsir, seperti Syekh M Arsyad al-Banjari dalam kitab Sabil al-Muhtadin dan Syaikh Abd al-Samad al-Palembani dalam kitab Sayr al-Salikin. Keempat, sebagai sarana pembelajaran. Dalam konsep ini, praktik penafsiran dilakukan melalui lisan dengan mengacu kepada kitab-kitab tafsir tertentu sebagai salah satu sarana pembelajaran

Pembahasan selanjutnya mengenai basis sosial politik tafsir (di) Nusantara yang terbagi menjadi tiga, yakni pesantren-lembaga pendidikan, pesantren-pesisir dan pesantren-keraton. Basis pesantren-lembaga pendidikan melahirkan produk tafsir yang ditulis untuk mengajar di madrasah berbasis pesantren. Sedangkan basis pesantren-pesisir melahirkan produk tafsir yang mempunyai urgensinya sebagai bahan ajar para santri dan juga untuk memudahkan masyarakat sekitar yang tidak menguasai bahasa Arab. Adapun basis pesantren-keraton melahikan produk tafsir untuk kepentingan pembelajaran dan kepentingan lainnya atas dukungan keraton.

Tafsir dan paradigma konteks lokal merupakan pembahasan terakhir yang disampaikan oleh Dr. Islah Gusmian, M.Ag., yang pada intinya tafsir dan paradigma konteks lokal tersebut bersifat reseptif, kritis, performatif dan eklektik.

Melanjutkan Produktivitas Mufasir Nusantara

Pada sesi berikutnya, Prof. Dr. K.H. Abdul Mustaqim, M.Ag., sebagai narasumber kedua menambahkan pembahasan yang sedikit menyinggung mengenai dinamika kontekstualisasi al-Qur’an dalam tradisi masyarakat (baca: living qur’an). Selain itu, beliau juga membuka penyampaian materi dengan bercerita mengenai pengalamannya ketika melakukan riset tafsir Sunan Bonang bersama tim dari kampus UIN Sunan Kalijaga.

Sebagai salah seorang ulama cum akademisi yang produktif, Prof. Dr. K.H. Abdul Mustaqim, M.Ag., juga telah berhasil melahirkan magnum opus berupa tafsir juz amma for kids yang dilengkapi dengan visualisasi. Inspirasi untuk melahirkan magnum opus tersebut muncul saat kunjungannya ke Mesir. Dan hingga saat ini, magnum opusnya tersebut sudah diteliti oleh beberapa mahasiswa dari pelbagai kampus sebagai objek material untuk tugas akhir (baca: skripsi). Baginya, interpretasi terhadap teks al-Qur’an yang akan terus-menerus mengalami perkembangan harus disikapi dengan langkah-langkah kreatif cum inovatif, sehingga para sarjana di masa yang akan datang mampu mengejawantahkan nilai-nilai al-Qur’an yang rahmatan lil ‘alamin serta salih likulli zaman wa makan.

Penulis: Noorazana Siti Maryam (Mahasiswi Prodi IAT Semester II)


Berita

...
Revitalisasi Kegiatan Anual, HMP IAT STAISPA Selenggarakan Seminar Nasional dalam Rangka Opening Gebyar Tafsir II

30 Mar 2023 By Admin

Yogyakarta – Dua hari sebelum memasuki bulan Ramadan –tepatnya hari Selasa (21/03/2023)– HMP IAT STAISPA periode 2022/2023 telah berhasil merealisasikan opening kegiatan anual Gebyar Tafsir yang kedua bertajuk “Mengelaborasi Khazanah Tafsir Nusantara”. Kegiatan opening ini dikemas dalam acara seminar nasional yang diselenggarakan secara luring di ruang multipurpose kampus STAI Sunan Pandanaran dan juga secara daring melalui media zoom meeting (baca: blended).

Seminar nasional ini mengangkat tema “Mengelaborasi Epistemologi Tafsir Nusantara: Menemukan Makna Al-Qur’an dalam Konteks Nusantara dan Klasifikasi serta Karakteristiknya” yang dimoderatori oleh Bapak Hanif Mudhofar, M.Hum., selaku salah satu dosen IAT STAI Sunan Pandanaran dengan menghadirkan dua narasumber, yakni Dr. Islah Gusmian, M.Ag. (Pakar Tafsir Nusantara dan Dekan Fakultas Ushuludin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta) dan Prof. Dr. K.H. Abdul Mustaqim, M.Ag. (Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dan Pengasuh Ponpes LSQ Ar-Rohmah Bantul).

Opening Gebyar Tafsir II dalam bingkai seminar nasional ini dihadiri oleh Dr. K.H. Imadudin Sukamta, M.A. (Ketua STAI Sunan Pandanaran), Dr. Rima Ronika, M.Si. (Wakil Ketua Bidang Akademik dan Penelitian), Bapak Ahmad Nur Kholis, M.Ag. (Kaprodi IAT STAISPA), Ibu Fatikhatul Faizah, M.Ag. (Sekprodi IAT STAISPA), jajaran dosen Prodi IAT STAISPA, para mahasiswa IAT STAISPA lintas angkatan dan juga tamu undangan ORMAWA STAISPA serta tamu undangan FKMTHI wilayah DIY-Jateng delegasi dari kampus UIN Walisongo Semarang dan STAI Syubbanun Wathon Magelang.

Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an yang dilantunkan oleh saudara Muhammad Zaky Ulinnuha (mahasiswa Prodi IAT STAISPA semester VI), dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan himne STAISPA yang dipandu oleh saudari Sheny Shafira Azzahra (mahasiswi Prodi IAT STAISPA semester IV), dan kemudian sambutan-sambutan yang disampaikan oleh saudara Maulana Amr Hakam (Ketua Panitia), saudara Muhammad Fatahillah (Ketua HMP IAT STAISPA Periode 2022/2023), Bapak Ahmad Nur Kholis (Kaprodi IAT STAISPA) dan Dr. K.H. Imadudin Sukamta, M.A. (Ketua STAI Sunan Pandanaran).

Tafsir Al-Qur’an (di) Nusantara

Dalam penyampaian materi yang dilakukan secara daring melalui zoom meeting, Dr. Islah Gusmian, M.Ag., sebagai narasumber pertama membahas mengenai bentuk tafsir al-Qur’an di Nusantara. Pertama, sebagai penunjang pembelajaran. Sejak abad ke-17., Tafsir Jalalain dan Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karya al-Baidawi sudah dijadikan 2 rujukan primer dalam konsep pembelajaran tafsir ala pesantren di Nusantara. Kedua, sebagai pelopor. Pada abad ke-17 M., Syaikh Abd al-Rauf al-Sinkili merupakan mufasir perdana di Nusantara yang berhasil menulis tafsir al-Qur’an lengkap 30 juz –ditulis pada era Sultanah Safiyat al-Din– dengan dilengkapi penjelasan mengenai ilmu qiraat. Ketiga, tafsir dalam kitab non-tafsir. Memasuki abad ke-18 M., para ulama pesantren di Nusantara sudah tidak begitu banyak yang produktif dalam menulis kitab tafsir, melainkan melakukan penerapan (tathbīq) tafsir dalam kitab non-tafsir, seperti Syekh M Arsyad al-Banjari dalam kitab Sabil al-Muhtadin dan Syaikh Abd al-Samad al-Palembani dalam kitab Sayr al-Salikin. Keempat, sebagai sarana pembelajaran. Dalam konsep ini, praktik penafsiran dilakukan melalui lisan dengan mengacu kepada kitab-kitab tafsir tertentu sebagai salah satu sarana pembelajaran

Pembahasan selanjutnya mengenai basis sosial politik tafsir (di) Nusantara yang terbagi menjadi tiga, yakni pesantren-lembaga pendidikan, pesantren-pesisir dan pesantren-keraton. Basis pesantren-lembaga pendidikan melahirkan produk tafsir yang ditulis untuk mengajar di madrasah berbasis pesantren. Sedangkan basis pesantren-pesisir melahirkan produk tafsir yang mempunyai urgensinya sebagai bahan ajar para santri dan juga untuk memudahkan masyarakat sekitar yang tidak menguasai bahasa Arab. Adapun basis pesantren-keraton melahikan produk tafsir untuk kepentingan pembelajaran dan kepentingan lainnya atas dukungan keraton.

Tafsir dan paradigma konteks lokal merupakan pembahasan terakhir yang disampaikan oleh Dr. Islah Gusmian, M.Ag., yang pada intinya tafsir dan paradigma konteks lokal tersebut bersifat reseptif, kritis, performatif dan eklektik.

Melanjutkan Produktivitas Mufasir Nusantara

Pada sesi berikutnya, Prof. Dr. K.H. Abdul Mustaqim, M.Ag., sebagai narasumber kedua menambahkan pembahasan yang sedikit menyinggung mengenai dinamika kontekstualisasi al-Qur’an dalam tradisi masyarakat (baca: living qur’an). Selain itu, beliau juga membuka penyampaian materi dengan bercerita mengenai pengalamannya ketika melakukan riset tafsir Sunan Bonang bersama tim dari kampus UIN Sunan Kalijaga.

Sebagai salah seorang ulama cum akademisi yang produktif, Prof. Dr. K.H. Abdul Mustaqim, M.Ag., juga telah berhasil melahirkan magnum opus berupa tafsir juz amma for kids yang dilengkapi dengan visualisasi. Inspirasi untuk melahirkan magnum opus tersebut muncul saat kunjungannya ke Mesir. Dan hingga saat ini, magnum opusnya tersebut sudah diteliti oleh beberapa mahasiswa dari pelbagai kampus sebagai objek material untuk tugas akhir (baca: skripsi). Baginya, interpretasi terhadap teks al-Qur’an yang akan terus-menerus mengalami perkembangan harus disikapi dengan langkah-langkah kreatif cum inovatif, sehingga para sarjana di masa yang akan datang mampu mengejawantahkan nilai-nilai al-Qur’an yang rahmatan lil ‘alamin serta salih likulli zaman wa makan.

Penulis: Noorazana Siti Maryam (Mahasiswi Prodi IAT Semester II)